Kamis, 15 Agustus 2013

DINA MARIANA "Malam Minggu Nggak Istimewa"

Tidak ada komentar :
Lahir di Jakarta 21 Agustus 1965, termasuk artis laris.
Dulu, dalam sebuah festival, ketika mulai berdendang, ia hanya nyangkut sampai putaran final.

Kini, sangat sibuk. Rekaman, syting dan foto model.
Cantik, menarik, ramah dan mudah berteman.

Dicegat di kampusnya, Universitas Jayabaya. Tepat ketika mobilnya hendak meninggalkan pelataran parkir yang teduh. Cewek yang kini kuliah di fakultas ekonomi tingkat pertama ini nampak kaget sewaktu Hai muncul mendadak di samping pintu mobilnya.
Setelah mengutarakan maksud sejenak, Dina lalu membuka pintu sebelahnya, dan mobil langsung tancap ke rumahnya di kawasan Perumahan Sunter Hijau, Jakarta Utara.

Dina yang siang itu mengenakan celana dan blouse warna hijau masih nampak segar, meski butir-butir peluh tumbuh di lehernya. Dan wajahnya yang tanpa dipoles kosmetik tetap tidak melunturkan kecantikannya. Dari samping, matanya yang bening mengawasi jalan raya. Sementara tangannya dengan terampil mengemudikan laju kendaraan.

"Hari ini acara Dina mau kemana?"
"Yah, kalau jadi mungkin mau potret untuk kalender, nanti jam setengah tiga."
"Kemana-mana selalu nyetir kendaraan sendiri seperti ini, Din?"
"Ya enggak dong, sama mami. Kecuali kalau berangkat dan pulang kuliah."

Tanpa terasa mobil telah memasuki kompleks perumahan Sunter Hijau, dan di jalan Sunter Kirana III/R III/2 Dina memperlambat kendaraan, sampai pembantu rumah tangga yang kebetulan ada di luar membukakan pintu gerbang.
Setelah memarkir mobilnya, bercanda dengan anak kakaknya sejenak, lalu putri bungsu dari enam bersaudara keluarga Heuvelman itu masuk ke dalam, menaruh tas, kemudian keluar lagi. Dan omong-omong dalam suasana akrab pun dimulai:

Dina Mariana Heuvelman. Pada awalnya tak menyadari benar bahwa langkah yang ia jalani akan mengangkat namanya menjadi bintang idola remaja. Sewaktu kecil, ia belajar tarik suara pada kakaknya, Ice Yolanda, yang juga penyanyi. Dina kecil hanya bersikeras agar ikut dalam "Children Pop Singer" yang digelar setiap tahun. Sama sekali tak terbayang ia akan masuk dapur rekaman dan menjadi terkenal di seluruh Nusantara, terutama di kalangan anak-anak dan remaja.

Tahun 1973, masih berumur tujuh tahun, ia menjajal kemampuan dalam kancah festival lagu pop anak-anak. Dengan bekal keberanian dan bisa nyanyi, seperti apa yang diajarkan selama ini oleh kakaknya, ia melangkah maju.
Namun terpaksa ia harus gigit jari, namanya hanya disebut dewan juri hanya sampai putaran final saja. Dengan kata lain, Dina gagal meraih satu nomor pun.

Walau ditangannya tergenggam kegagalan, penyanyi yang kini telah duduk di bangku perguruan tinggi ini, tidak mau menelan kekalahannya begitu saja. Latihan menyanyi ditingkatkan. Dan hasilnya? Ternyata tidak mengecewakan. Tahun berikutnya, diluar dugaan dia mampu menyabet tempat pertama.

Mujur, pada penampilannya kali ini seorang produser film melihat aksi panggung dan kemampuan vokalnya. Ia pun ditawari main film bersama Widyawati dan Sophan Sophian dalam "Demi Cinta".
"Namanya anak kecil, ditawarin main film ya mau aja...," kilah Dina mengingat masa lalunya.
Dalam film tersebut Dina tampil membawakan sebuah lagu, dan lagu tersebut kemudian dijadikan judul kaset album perdananya. Karena sarana promosi belum segencar seperti sekarang ini, album tersebut tenggelam di pasaran. Penjualannya seret.

Dua tahun kemudian, baru ia dipanggil secara khusus untuk rekaman album berikutnya, "Goyang-Goyang".
Diluar dugaan album anak-anak tersebut laku di pasaran, bahkan boleh dibilang meledak. Mulai saat itu wajah dan namanya dikenal masyarakat luas sebagai penyanyi lagu pop.

Dina Mariana merupakan artis yang awet, baik dalam dunia layar perak maupun tarik suara. Dibandingkan dengan rekan sebayanya dahulu yang beberapa kini tidak aktif lagi, Dina mampu bertahan. Namanya berjalan stabil dari tahun ke tahun. Bahkan dalam film "Biarkan Kami Bercinta" makin melambungkan gadis yang mengaku lebih senang memakai celana panjang daripada rok ini.

+ Apa tindakan kamu bila para penggemar kamu sudah mulai berpaling?
- Ya udah, kalau mereka sudah mulai meninggalkan saya ya sudah, saya tidak mengharapkannya lebih banyak lagi. Makanya saya tidak terjun seratus persen. Tokh saya juga kuliah, jadi pada saat saya tidak dibutuhkan oleh masyarakat lagi, saya bisa beralih pada apa yang telah saya pelajari.
 + Lha kalau malam minggu ngapain aja?
- Malam minggu? Paling nonton TV atau pergi nonton sama-sama keluarga. Bagi saya, malam minggu nggak istimewa kok...
 + Belum punya pacar?
- Belum
+ Nggak nyesel, orang bilang masa remaja kan paling indah
- Wailah!
+ Dilarang mami mungkin?
- Nggak juga kok
+ Atau kamunya yang nggak mau?
- Ah yang itu nanti-nanti aja dulu, deh!
(Gunawan)

(Majalah Hai Edisi Khusus III 30 Juli - 5 Agustus 1985)



Tidak ada komentar :

Posting Komentar