Minggu, 19 Januari 2014

MERIAM BELLINA "Untuk Rekaman Saya Nggak Begitu Antusias"

Tidak ada komentar :
Berangkat dari PERAWAN-PERAWAN,  Aktris ini hanya bermodal bakat, kemampuan tampil wajar di depan kamera dan wajah.!
Debutnya makin meroket setelah "CINTA DIBALIK NODA" yang mampu menggaet Citra.

Perjalanan dunia musik pop dan film nasional mencatat kehadiran seorang bintang, ELIZA MARIA MERIAM BELLINA, dara kelahiran Bandung 10 April 1965. Dari ayah G.H. Bamboe keturunan Belanda-Makassar dan ibu, Maria Theresia berdarah Jerman-Belanda. Dia dilahirkan sebagai aktris yang sukses baik karier maupun materi.

Terhitung semenjak ia berhasil menyabet Piala Citra, sebagai Aktris terbaik, September lalu di Jogyakarta. Namanya menjadi semakin melambung, honor untuk sebuah filmya menjadi berlipat, tawaran main datang bertubi-tubi dari kanan-kiri. Tercatat 7 buah film telah ia perani. tiga diantaranya "disikat" sekaligus dalam berbagai peran.

Di puncak tangga, Meriam tunduk dan memanfaatkan keadaan. Itu terlihat ketika tawaran masuk dapur rekaman datang, ia segera menyanggupi. Beruntung suaranya termasuk lumayan dan hasilnyapun tidak mengecewakan. Meski dara ini kurang fasih mengucapkan huruf "r" hingga edisi khusu ini dibuat ia tengah membuat ancang-ancang untuk albumnya yang ketiga.

Jumpa pertama di lapangan tembak, Senayan, Jakarta. Menjelang tengah malam, Memer, demikian panggilan intimnya, tengah latihan menari bersama puluhan remaja seusainya, untuk film yang trngah ditanganinya, "Kulihat Cinta Dimatanya" arahan sutradara Bobby Sandy. Tarian ini berlangsung cukup lama, sampai akhirnya musik terhenti, semua beristirahat. Mer duduk di lantai, wajahnya bersimbah peluh. Beberapa saat kemudian ia minta rokok, lalu berembug dengan sanga sutradara yang mengawasi jalannya latihan. Meski malam telah larut dan saat itu adalah paling ideal untuk pergi tidur, namun dari gerak-gerik dan sorot mata, Mer masih memancarkan sosok seorang bintang yang penuh vitalitas.

Mer nampak sudah bisa mengatur waktu, untuk kegiatan ekstra begini, tiga jam sebelumnya ia telah menghimpun tenaga.
"Meriam masih tidur, baru saja pulang syuting. Sebab nanti malam mau latihan menari di lapangan tembak.." tutur temannya seorang pemuda, ketika Hai berkunjung ke rumahnya di Sunter Paradise, Jakarta Utara, tiga jam sebelumnya. 
"Kalau you masih ingin ketemu dia dan membuat janji untuk wawancara, sebaiknya nanti anda kesana aja," tambahnya.

Pemuda itu benar, Mer memang ada di lapangan tembak, latihan menari dan bisa membuat janji untuk wawancara, meski ia masih sibuk dengan urusannya. Lihat saja, kini ia masih ngobrol, beberapa temannya ikut nimbrung, rokok masih terjepit di tangannya. Sesekali ia tertawa lepas, seperti di ruang itu cuma ada mereka. Saat yang tepat memang harus ditunggu, ia juga punya hak untuk acara-acara yang bersifat pribadi.
Akhirnya menjelang usai latihan, janji pun ditetapkan.
Ketemu besok siang di lokasi syuting!


Jalan Brawijaya, Kebayoran Baru. Rabu 5 Juni.
Syuting berjalan lancar, Mer mampu menghapal dialog dengan baik, meski panas matahari membakar.  Menjelang tengah hari, adegan Mer berdialog di samping mobil usai ia segera menuju ke tepi jalan, di bawah pohon yang rindang, dimana petugas konsumsi menyiapkan tugasnya.
Syuting hari ini selesai sudah, semua berkemas, "Kita ngobrolnya di kantor aja yuk...disini panas" katanya sambil berjalan menuju mobilnya, masih baru, dari model terakhir

Kawin
"Sebetulnya nggak panjang, soalnya nggak susah. Serba kebetulan malah..." tutur Mer terus terang. Ia bercerita mengenai perjalanan kariernya sambil makan siang, setelah rambutnya dipotong beberapa senti oleh temannya.

Masa bocahnya dihabiskan di dua tempat, Bandung dan Canada. Dengan perbedaan struktur lingkungan ini, Mer kecil tumbuh dan mereguk cerianya masa kanak-kanak. Sepulangnya ke tanah air, masa remajanya menyongsongnya, duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, gadis yang terakhir hanya sebagai siswa kelas tiga ini telah aktif dalam berbagai kegiatan remaja. Seperti menari, menyanyi dan foto model. Untuk aktivitas terakhir, ia punya kenangan tersendiri, karena dari bidang itulah ia berangkat

"Karena pada mulanya, Mer sering difoto sama papi untuk album keluarga, para relasi dan akhirnya meningkat untuk majalah" tandasnya.
Ketika syuting "Perawan-Perawan" yang diadakan di Bandung, seoran pencari bakat menyodorkan foto Mer yang ssring menghias di berbagai majalah. Oleh Ida Farida, sang sutradara, ia ditawari ikut main. "Namanya ingin mencoba, segala macam, ya dicoba..." selorohnya. Dan sejak itu, mulailah debutnya sebagai bintang film.

Namanya mulai dibicarakan orang ketika dalam "Roro Mendut", Mer tampil dengan cemerlang. Juga oleh sementara kalangan, dianggap bermain kelewat seronok untuk ukuran timur kala ia beraksi ala Brooke Shields dalam "Pengantin Pantai Biru". Namun itu semua tak menghambat jalan kariernya hingga ia mampu menggondol Piala Citra, sebagai anugerah tertinggi dalam perfilman nasional. Filmnya CINTA DIBALIK NODA menempatkan Mer di tangga teratas.

Lalu kapan kiprah Mer dalam dunia musik pop dimulai?
"Nah, sehabis main "Perawan-Perawan", saya dimanage selama setahun oleh Denny Sabri. Dibawa ke Pance Pondaag, di tes vokal, lalu dicoba untuk rekaman. Mungkin karena saya sudah terjun ke film, jadi lagu yang diberikan lebih bisa saya resapi maknanya, walau nyanyi bagi saya hanya ideal untuk kalangan sendiri, di sekolah, di rumah atau di kamar mandi!, sedang untuk rekaman saya nggak begitu antusias. Eh, nggak tahunya, album SYMPHONI RINDU meledak! Gitu deh...."ujarnya panjang lebar, diakhiri tawa berderai.

+ Setelah meraih Citra, sekarang honor Mer berapa untuk sebuah film dan kaset?
- (tertawa...) Nggak boleh tahu...! semua memang yang ngatur mami, boleh dikata 70% dari pendapatan masuk ke Bank. Kalau tidak, wah bisa habis. Namanya anak muda ingin beli segala macam.

+ Kembali ke soal penyanyi baru, bagaimana tanggapan anda tentang banyak bermunculan penyanyi baru, apakah anda merasa tersaingi?
- Banyak bermunculan penyanyi baru malah bagus. Kalau kita sudah tahu kemampuan kita, mengapa takut tersaingi? Itu berarti kita nggak percaya pada diri sendiri dong.

+ Boleh dikata tahun 84-85 ini merupakan masa jaya bagi Mer karena laris oleh berbagai tawaran.
- Wuu, kayak kacang goreng kali larisnya (sambil tertawa)

+ Nah, apa yang akan kamu kerjakan bila masa jaya ini berakhir dan para penggemar anda sudah mulai meninggalkan anda?
-  (berpikir sejenak) ya....mengundurkan diri. Buat apa saya paksain mereka senang sama saya.

+ Barangkali ada beban psikologis?
- Pada mulanya mungkin. Tetapi paling-paling nanti jarang muncul lalu tidak main sama sekali, alias--kawin--   (tertawa)
(Gun)
dari HAI EDISI KHUSUS III
30 Juli-5 Agustus 1985


Tidak ada komentar :

Posting Komentar